25 January 2013

Don't Give Up...!



Setidaknya sudah dimulai. Mungkin itu sepenggal kalimat yang bisa menghibur hati. Melakukan kebaikan (atau hal yang kita anggap benar) adalah hal yang kadang tidak mendapat respon apa apa. Bahkan, kadang seperti mendapat tantangan.
Kunjungan ke sekolah sekolah dalam rangka pendidikan konservasi, tepatnya itu yang coba kami (saya dan mba’ fita ) lakukan. Setelah koordinasi di beberapa sekolah tak mendapat tanggapan apa apa, akhirnya hari ini (jumat, 25 agustus 2013), sebuah sekolah tingkat lanjutan pertama (SLTP) memberi kesempatan untuk memutar sebuah tayangan film berdurasi pendek.
Toward Extinct, demikian judul filmnya, sebuah hasil karya yang tidak tercipta dari hayalan fiksi pembuatnya, tetapi merupakan rangkuman fakta nyata tentang kondisi satwa liar di Indonesia serta Aksi Riil Suporter Pro Fauna Indonesia yang berisikan orang orang yang mendedikasikan hidupnya untuk perlindungan satwa liar tanpa harapan imbalan sesenpun !
Kami tak tahu harus memberi kesimpulan apa, tapi inilah faktanya. Perlindungan Satwa Liar Indonesia adalah hal yang awam sekali bagi sebagian orang. Setidaknya dari binar binar mata polos itu yang seakan mengandung tanda Tanya besar “ Apa iya, satwa itu tidak boleh di pelihara dalam kandang, bukankah dengan mengkandangnya, setiap hari kita bisa memberinya minuman dan makanan yang enak…”
Kunjungan selanjutnya jangan kapok. Ini tak ada apa apanya dengan sahabat sahabat lain yang telah berpanas panas ria berkampanye, melawan kekuatan besar media yang mengeksploitasi satwa, menentang kebijakan pemerintah yang tidak bijak terhadap perlindungan satwa dan bahkan berkeliling Indonesia dengan berbagai cara untuk mengkampanyekan Perlindungan Satwa Liar Indonesia.
Go..Pro Fauna Indonesia, Go Wild Life Freedom…!!!

13 January 2013

Beranda


Generasi XI SKMA UP







I Putu Eka Putra Atmaja/Eka/Putu Muhammad Guntur/Guntur Edi Kurniawan/Echot/EdyAzis Asri/BabaAbdul Hikmah/Hikmah/HikieHikmah Tajuddin/Imma Dian Amanda Pansing/Dian Ewi Kargi Banundari/Ewik Hamka Dadang Ahmad/Dadang/Dg Ngoyo Sahuddin/Udin Heri Andri/Heri Yuwida Hanika Oktaviani/Wida/Yuwida Ferdinand Astoto/Ferdinand/Toto’Agus Budianto/AgusLa Hisa/HisaHendra Susanto Mokodompit/Hendra Imam Kusnadi Effendi/Imam Lalu Gede Wiryadi/Lalu/Wiryadi Irfat Amir/Irfat Khairan Asyhad R/Khairan/Imba Jumadiawan/Awan/Jumadi Irwansyah Putra/Irwan/La Iwa Ridwan/Joy Aswadi Hamid/Aswadi Firmansyah/Firman  Ibrahim Yakub/Bram Zulkarnain Kai/Kai/Zhoel/Borju Yulianus Sombo/Sombo/Ulik  I Made Suarjana/Made/Suarjana Bahruddin Ashari/Bahruddin Chandra Opat/Chandra Supriadi/adi Zulkifli Pagiling/Pagiling Samsi Nurhidayat/Pangky/Dayat/Inok Hidayat Muhammad Arfandi Shabara/Fandy Andi Satriadi Asnur/Adi/Satriadi

  

08 January 2013

Etika Nge Blog

Dunia blog adalah ruang yang membuat kita nyaman untuk berekspresi, menunjukkan segala macam hal yang ada dalam diri (pikiran) kita. banyak blogger yang kemudian menghabiskan waktunya di depan PC atau laptop hanya untuk "curhat" di blog. Namun, tak sedikit yang ngeBlog justeru bersifat mengganggu kenyamanan pengguna dunia maya lainnya.
Nah, berikut beberapa etika ngeblog yang harus Blogger fahami : 
(diambil dari kesepakatan Blogger Blogilicous IDBlogNetwork)
  1. Menghargai dan menjunjung tinggi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dengan menghindari plagiarisme, pembajakan, dan selalu mencantumkan sumber setiap kali mengutip karya orang lain.
  2. Tidak mendiskreditkan pihak lain dan selalu berkomitmen untuk menulis secara proporsional.
  3. Tidak menampilkan tulisan atau gambar yang mengandung unsur pornografi.
  4. Selalu berbagi pengetahuan dan kebaikan melalui blog masing-masing.
  5. Tidak berprasangka dan hanya menulis berdasarkan fakta yang diyakini bisa dibuktikan serta tetap dengan menjunjung tinggi etika kesopanan dalam menulis.
  6. Tidak melakukan spamming melalui kolom komentar.
  7. Tetap menjaga kesopanan dan rasa saling menghormati dalam memberikan komentar pada blog yang dikunjungi.
  8. Tidak melakukan hack pada website atau blog lain.
  9. Tidak menampilkan tulisan atau gambar yang mengandung unsur SARA.
  10. Menggunakan bahasa yang baik dalam menulis.
  11. Tetap menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dalam menulis tetapi tidak melanggar hak-hak orang lain.
  12. Bersedia meralat informasi yang telah ditulis dalam blog jika di kemudian hari terdapat kesalahan dalam memuat tulisan di blog. 

07 January 2013

Pameran Palopo

Bersama : Hikmah Tajuddin, S. Hut, Hasanuddin Ibrahim, SPt. Fita Isthiyana, S. Hut, Lina Irmawaty, S. Hut, Alamsyah, S. Hut, Afrisal, S. Hut

(Jangan) Bangga jadi Indonesia...!

Satu hal yang saya pelajari di awal 2013 ini adalah terkadang diperlakukan tidak adil, membuat kita menjadi jauh lebih berharga.
Wajar jika kemudian bangsa ini akan menjadi bangsa2 terjajah dan tertindas. Sungguh kasian perjuangan para pahlawan kita, Bung Karno, Bung Hatta, mereka orang2 besar yag berjuang menghapus penjajah dan ketidak adilan penjajah dari bangsa ini. mereka berjuang agar bangsa Indonesia menjadi lebih berharga dan bermartabat. tapi justru anak bangsalah yang merusak perjuangan mereka. Lihat bangsa ini, kepentingan, kedekatan, dan negoisasi kanan kiri adalah hal2 lumrah untuk mewujudkan suatu keinginan. Tidak peduli seberapa besar kerja kerasmu,tidak perduli betapa banyak keringatmu menetes untuk bangsa ini jika engkau tidak memiliki "koneksi" yang kuat, engkau hanya akan menjadi penonton. 

Fita Isthy Ana 07012013


Tentang Ku



Nama                                                     :    HAMKA, S. Hut
Nomor Induk Pegawai (NIP)             :    19831113 200212 1 001
Tempat Tanggal Lahir                       :    Majene, 13 NOVEMBER 1983
Pangkat / Golongan Ruang               :    Pengatur Muda Tk. I  (II/b)
Jabatan                                                 :    PEH Pertama
                                                                     Pada Bidang KSDA Wilayah I
                                                                     Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan  
Pendidikan                                            :    a. SD,    tahun 1996 (berijazah)
b.   SMP, tahun 1999 (berijazah)
c.    SKMA, tahun 2002 (berijazah)
d.   Strata 1 Kehutanan (S.1) 2009 (berijazah)
Alamat                                                  :    Jl. Veteran, Palopo

"Kenalin..., Namaku Bona...!!"

coretan Fita Isthiyana


“Jika gajah tak lagi mati meninggalkan gading, cukuplah manusia yang meninggalkan kesan, bahwa anak cucu mereka menitip pesan, tak ingin cerita satwa berbelalai panjang hanya legenda pepesan”
Kebun Binatang, 22 Maret 2012
Oleh pawangku, aku dipanggil Bona. Seekor hewan yang berbelalai panjang yang karena sepasang gading indahku, sering diburu kalangan manusia. Menurut silsilah, aku merupakan keturunan dari gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Manusia menyepakati jenisku dikategorikan dalam Endangered species. Sementara pada CITES (Convention on International Trade of Endangered Fauna and Flora / Konvensi tentang Perdagangan International Satwa dan Tumbuhan), mengkategorikanku dalam kelompok Appendix I.  
Usiaku tak muda lagi, tak mampu menari gemulai, berlari menendang bola kaki sebagaimana kebiasaanku bertahun tahun di arena sirkus. Yah, aku pensiun sekarang, tak lagi tour dari kota ke kota lain. Hanya menunggu masa dimana manusia sisa menanam bangkaiku.
Kupikir, usiaku memang tak berapa lama lagi. Kandangku sudah sangat tak terurus lagi. Makanan yang disediakan di kebun binatang tempat penitipanku sangat terbatas. Lebih banyak jumlah kilatan kilatan blits kamera yang kadang menyilaukan mataku, membangunkanku untuk sekedar menyaksikan manusia berpoto dengan badan lunglaiku sebagai latarnya. Mungkin badanku dehidrasi, aku haus sekali. Padahal hari ini manusia peringati sebagai hari air sedunia.
Jika esok adalah saat kematianku, maka tak ada yang bisa aku tinggalkan sebagaimana species sejenisku di alam liar yang mati meninggalkan gading. Sepasang mahkota indahku itu telah lama hilang, mungkin dititip di ruang tamu manusia manusia berduit. Bijaklah rasanya jika kemudian catatan keluh kesah galau ini yang kusisa, berharap manusia bisa membaca dengan mata hatinya.     
Mungkin sebagian dari kenalan kalian, keluarga, rekan kerja, relasi bisnis atau mungkin anda secara pribadi pernah merogoh beberapa lembar uang untuk membeli sebuah tiket pertunjukkan sirkus gajah atau jenis satwa lainnya. Decak kagum dan tepuk tangan riuh, dengan ikhlas kalian persembahkan dari setiap aksi yang sukses kami lakukan, sang objek pertunjukkan. Berbagai dalih menjadi bekal keputusan kalian menonton pertunjukkan kami. Dari sekedar melepas penat di akhir minggu setelah 5 hari kerja kalian habiskan di instansi yang menjadi ladang rejeki keluarga hingga kemudian dengan sengaja memboyong sang buah hati yang beranjak remaja demi pendidikan cinta lingkungan (satwa) menurut persepsi kalian.
Terkadang fatwa pujangga yang berkata bahwa ‘tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta’, dijadikan sabda sahih. Keputusan untuk mengenalkan jenis jenis satwa yang dipertunjukkan seperti kami di ajang sirkus bagi orang orang di sekeliling kalian dengan tujuan timbulnya rasa cinta pada bangsa kami.
Sang pawang bersama announcer pertunjukkan tak kalah lihainya menguatkan persepsi anda. “Hadirin yang budiman, berikan aplaus buat si Bona, sang gajah jantan yang sukses menyarangkan bola ke gawang lawan, satwa ini adalah species dilindungi dan kewajiban kita bersama untuk menjaga dan melestarikannya”.
Setengah berbisik, kuping sang buah hati turut dimanja “Nak, binatang ini dilindungi, tidak boleh dibunuh, dia harus disayang, diberi makan enak, dibuatkan tempat tidur, kalo sakit diberi obat….”
***
Kebun Binatang, 22 April 2012
Hari ini bertepatan dengan peringatan hari bumi. Seharusnya berarti bahwa kami bebas berkeliaran di atas bumi indah ini dengan sesuka hati. Tapi tahukah kalian, beberapa sahabatku yang anda saksikan di arena pertunjukkan sirkus, sebagian besar merupakan species yang sudah tinggal dalam jangka waktu yang lama di kandang kandang penampungan. Sebagian besar bahkan telah dipenjara dari usia yang masih sangat muda dengan alasan bahwa satwa liar dengan usia muda akan lebih mudah dilatih dibanding jenis yang sudah dewasa.
Masih sulit kulupakan beberapa waktu yang lampau, saat suara keras dari senjata laras panjang memecah gendang telinga lebarku yang kemudian seketika tubuh besar ibuku jatuh terkapar bersimbah darah. Gading indahnya dicabut kemudian dibawa pergi bersama dengan tubuh kecilku yang tak kuasa meronta.
Beberapa cerita yang lebih miris kemudian kudengar dari sebangsaku, ratapan yang tak pernah manusia dengarkan seksama. Hanya aku, rekan sesama profesi sebagai satwa sirkus yang bisa memahami.   
Sahabatku si lumba lumba dan singa laut mengisahkan dirinya yang diburu di beberapa belahan dunia. Penangkapan besar besaran species lumba lumba pernah dilakukan dilakukan di kota Taiji, Jepang. Setiap tahunnya bahkan lebih dari 23 ribu ekor mamalia laut ini ditangkap untuk kebutuhan makanan dan permintaan wahana pertunjukkan.
Dengan alasan sebagai hama perkebunan sawit, species orang utan juga diburu dimana mana. Bahkan sebuah media massa pernah memberitakan perusahaan perkebunan yang memberikan upah 1-2 juta rupiah bagi setiap kepala orang utan. Bayi orang utan yang tak berdaya dibiarkan hidup dan dibawa ke kandang buatannya yang hanya berukuran dua kali depah tangannya. Beberapa mungkin berada di kandang tepat di belakangku.
Ribuan jenis bangsa kami yang lain juga mengalami hal yang sama. Kecenderungan yang ada adalah, makin langka suatu jenis satwa, nilai jual dari daya tarik pertunjukkannya akan semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan perburuan jenis jenis satwa yang langka umumnya dalam rentang yang sangat tinggi.
***
Kebun Binatang, 10 Agustus 2012
Curahan hatiku kali ini disemangati oleh berkah peringatan hari konservasi alam nasional, 10 agustus. Mengkonservasi setiap jenis bangsa kami dapat berarti ekspresi kebiasaan hidup dan kemampuan adaptasi  berdasarkan imajinasi dan kreasi yang bersifat mandiri. Merupakan kontrol indevenden dari susunan otak kecil yang kami miliki. Inti dari setiap gerak kami adalah kebebasan yang sangat merdeka.
Mungkin kalian sebagai makhluk yang paling lihai berpikir tak pernah mempertanyakan. Apakah aksiku menendang bola, sahabatku lumba lumba yang mahir loncat melewati lingkaran api, monyet tak berdaya dalam topeng dengan terampil menabuh genderang mungilnya serta aksi aksi luar biasa lainnya yang dilakukan satwa merupakan keinginan alami kami tanpa tekanan dan paksaan ?.
Jika anda pernah mendatangi pentas lumba lumba atau singa laut, perhatikan dengan seksama tangan sang pawang. Ada beberapa ekor ikan segar digenggamannya. Setiap aksi sang lumba lumba selalu dihadiahi dengan makanan tersebut. Ya, demikinlah metode pelatihan mereka selama bertahun tahun. Jika lumba lumba diinginkan mahir melompati lingkaran api atau bersalto dengan ketinggian tertentu, maka taruhlah makanan mereka dekat dengan lingkaran api tersebut atau pada ketinggian dan sang lumba lumba akan loncat menjangkaunya.
Bisa kalian bayangkan bahwa setiap akan memulai pertunjukkan, lumba lumba tidak akan dibiarkan dalam keadaan kenyang. Beberapa saat sebelum beraksi, lapar harus menjadi syarat jika menginginkan mereka beraksi agresif untuk mendapatkan hadiah beberapa ekor ikan itu.
Bagaimana denganku di masa pendidikan ?. Pada masa pelatihanku, kaki mungilku diikat dengan tali dan rantai kemudian ditarik sedemikian rupa untuk pembiasaan pada satu gerakan. Badanku dipaksa duduk, baring ataupun menari bak goyang bebek yang lagi trend. Jika malas dan tak patuh maka kait besi sang pawang siap dengan sigap menusuk dan memukul badanku. Pada akhirnya Instingku terbentuk dalam rasa takut akan siksaan jika berprilaku diluar keinginan sang pawang.
Membuat sarimin bisa pergi ke pasar dengan naik sepeda juga bukan hal yang mudah. Sahabatku ini mengisahkan bahwa sang pawang juga demikian menyiksanya. “Monyetnya kadang dirantai bos, iming iming dapat makanan atau dipaksa bekerja dengan dipukul, semuanya dilakukan dengan penuh sayang…”. Demikian kata pawangnya saat ditanya salah satu tim investigasi sebuah stasiun TV.
***
Kebun Binatang, 28 November 2012
Kudengar hari ini diperingati sebagai hari menanam pohon di negeri ini. Senang mendengarnya. Bukankah dengan demikian akan semakin banyak pohon yang tumbuh. Akan semakin banyak pilihan dahan tempat bertengger bagi sahabatku kakatua jambul kuning dan elang bondol. Tetapi, jika kemudin mereka ikut diburu dan dipaksa tinggal dalam sangkar,  siapa yang akan singgah bertengger ?
Pagi ini, aku berusaha menegakkan kakiku. Berdiri semampu yang aku bisa. Sudah sekian lama kakiku yang sebelah depan bagian kanan selalu kram. Pengaruh terkilir saat didorong paksa naik ke sebuah truk container yang akan berpindah ke kota tujuan pertunjukkan sirkus selanjutnya.
Setidaknya aku mungkin bisa bersyukur, masih bisa jalan jalan ke beberapa pelosok negeri bersama rombongan manusia yang kuhidupi dari keahlianku bermain sepak bola gajah. Tetapi beberapa konsekuensi juga harus kuterima, aku tak boleh menolak tampil di lapangan bola yang panas terik, tak boleh mengamuk ditempatkan dalam kandang sementara yang dibuat seadanya. Tempatku meringkuk sejenak yang sangat sempit, menunggu penampilan selanjutnya yang kadang hingga 2 kali seharinya. Tak ada kata letih ikuti keinginan sang Manager untuk berpindah dari kota pertunjukkan yang satu ke kota lainnya.
Aku membayangkan, seyogyanya rumah terbaik bagi kami adalah alam lepas. Tempat kami dapat mengekspresikan segala macam keinginan secara alami. Tanpa batas ruang yang membatasi. Berinteraksi aktif dengan segala faktor penyusun ekosistem pada habitat alami. Bukan dalam kandang buatan berukuran tertentu. Sebab, saya yakin. Tak ada bangsa manusia yang akan tenang dan betah, hidup bertahun tahun dalam kamar berukuran sempit tanpa sekalipun bisa lepas keluar jalan jalan berpesiar sebagaimana seharusnya.
***
Kebun Binatang, 31 Desember 2012
Tak banyak yang kupikirkan hari ini, kecuali teringat tanggal 16 di bulan maret itu. Jika aku tak keliru, itu hari rimbawan. Saat pertunjukkan sirkusku di hampiri seseorang yang berbaju seragam krem, berlambangkan logo kementerian bergambar sketsa pohon rindang yang biasanya jadi rumah sahabatku, rangkong (aceros cassidix) yang juga telah lama hilang.
Beliau kuyakini tidak datang untuk turut memberi aplaus pada setiap aksiku, binar matanya bisa kubaca, sedang memastikan bahwa satwa yang disirkuskan amat sangat tersiksa. Dan kepadanya kutitip asaku di lembaran awal tahun, agar anak cucuku dan semua keturunan bangsa satwa liar, lepas bebas di alam. Semoga..??
***

01 January 2013

Sarang Koloni Semut

(Tanaman Obat bernilai ekonomis tinggi)

Satu lagi pendatang baru di blantika hasil hutan nonkayu Indonesia yang lagi hangat diperbincangkan di kalangan para ahli pengobatan komplementer dan alternativ. Hasil hutan nonkayu yang dimaksud adalah sarang semut, jenis tumbuhan epifit (menumpang hidup di pohon lain, seperti Anggrek) dari genus Myrmecodia dan Hydnophytum. Terkadang disebut juga sebagai benalu hutan, meskipun sejatinya tumbuhan ini bukanlah benalu yang bersifat parasit. Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini dikenal sebagai ‘ant plant’. Hydnophytum sendiri berasal dari bahasa Yunani ‘hydnon’ yang berarti ‘umbi’ dan ‘phyton’ yang berarti ‘tanaman’ Sedang Myrmecodia berasal dari kata ‘myrmekodes’ yang mempunyai arti ‘seperti semut’ atau ‘penuh semut’. Tanaman ini banyak ditemukan di Papua, namun daerah penyebarannya hingga Ambon, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.
Taksonomi
Secara taksonomi tumbuhan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Tracheophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Subkelas          : Lamiidae
Ordo                : Rubiales
Famili              : Rubiaceae
Genus              : Myrmecodia dan Hydnophytum
Spesies            : Hydnophytum formicarum Jack, Myrmecodia tuberosa Jack, dan Myrmecodia pendens Merr. & L.M.Perry.
Sarang semut dari genus Hydnophytum memiliki sekitar 55 spesies, sedangkan dari genus Myrmecodia terdiri atas sekitar 26 spesies yang sudah teridentifikasi.
Morfologi
·           Umbi. Saat muda umbinya berbentuk bulat, kemudian menjadi lonjong memendek dan memanjang saat tua. Umbinya berduri dan memiliki sistem jaringan lubang-lubang, dimana bentuk dan interkoneksi dari lubang-lubang tersebut sangat khas sehingga sering digunakan sebagai parameter dalam klasifikasi genus ini.
·          Batang. Batangnya jarang ada yang bercabang, jika ada hanya satu atau beberapa cabang saja. Bahkan ada beberapa species yang tidak memiliki cabang sama sekali. Batangnya tebal dan internodalnya sangat dekat, kecuali pada pangkal sarang semut dari beberapa spesies.
·      Daun. Daunnya tebal seperti kulit. Pada beberapa spesies memiliki daun  yang sempit dan panjang. Stipula (penumpu) besar, persisten, terbelah dan berlawanan dengan tangkai daun (petiol), serta membentuk seperti “telinga” pada klipeoli. Terkadang terus berkembang menjadi sayap di sekitar bagian atas klipeolus.
·         Bunga. Pembungaan dimulai sejak adanya beberapa ruas (intermodal) pada tiap-tiap nodus (buku). Dua bagian pada setiap bunga berkembang pada suatu kantong udara (alveolus) yang berbeda. Alveoli tersebut mungkin ukurannya tidak sama dan terletak pada tempat yang berbeda di batang. Kuntum bunga muncul pada dasar alveoli. Setiap bunga berlawanan oleh suatu brakteola. Bunga jarang kleistogamus (menyerbuk tidak terbuka) dan terkadang heterostilus. Kelopak biasanya terpotong. Polennya 1, 2, atau 3 porat (kolporat) dan sering 1,2,atau 3 visikel sitoplasma yang besar. Buah berkembang dalam alveolus dan memanjat pada dasarnya menjadi menonjol keluar hanya setelah masak.
Budidaya
Tumbuhan ini dapat melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan banyak buah beri yang berwarna merah atau orange ketika masak yang di dalamnya terdapat sepasang biji. Biji-biji tersebut dapat  tumbuh pada media yang sesuai dan akan berkecambah dengan cepat. Biji yang kering dan tua tidak akan berkecambah.
Bagian hipokotil akan membengkak dengan cepat ketika biji berkecambah. Ketika berumur beberapa bulan bagian ini akan membentuk lubang-lubang. Pencahayaan sangat diperlukan selama masa perkecambahan, bila tidak tanaman akan tumbuh memanjang, bagian umbinya menciut, dan daunnya akan sangat banyak.
Saat ini perbanyakan tumbuhan sarang semut dapat diperbanyak melalui kultur jaringan. Tumbuhan ini merupakan tanaman sukulen, yaitu tanaman yang dapat menyimpan cadangan air pada jaringannya dan memiliki morfologi berdaging (seperti kaktus dan lidah buaya) sehingga sangat toleran terhadap kekeringan. Penyiraman sebaiknya dilakukan dua hari sekali atau pada malam hari saja, ketika hendak melakukan penyiraman pastikan tanaman dalam keadan yang kering, bila terlalu sering disiram maka akan terjadi pembusukan yang menyebabkan tumbuhan mati. Pemupukan dapat dilakukan 2 atau 3 minggu sekali, dan sebaiknya menggunakan pupuk organik seperti kompos. Pada habitat liar tumbuhan ini memperoleh pupuk dari debris atau sampah yang diperoleh dari hasil simbiosis mutualisme tumbuhan sarang semut dengan semut yang menghuninya.
Manfaat pengobatan
Secara empiris sarang semut telah terbukti dapat menyembuhkan beragam penyakit ringan dan berat, seperti kanker dan tumor, asam urat, jantung koroner, wasir, TBC, migrain, rematik dan leukemia.
Dr. M. Ahkam Subroto, Ahli Peneliti Utama LIPI mengungkapkan bahwa senyawa aktif yang terkandung dalam Sarang Semut itu adalah flavonoid, tanin, dan polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. Berbagai jenis mineral juga terkandung di dalam sarang semut.
Secara singkat fungsi dari beberapa senyawa tersebut diatas adalah :
·       Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, antinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik. Penelitian-penelitian mutakhir telah mengungkap bahwa flavonoid tidak saja berguna untuk pencegahan, tetapi juga untuk pengobatan kanker. Dan sebagai antivirus, fungsi flavonoid telah banyak dipublikasikan, termasuk untuk melemahkan virus HIV/AIDS dan virus herpes. Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa flavonoid dilaporkan berperan dalam pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit lain, seperti asma, katarak, diabetes, encok/rematik, migrain, wasir, dan perionditis (radang, jaringan ikat penyangga akar gigi).
·       Tanin merupakan astrigen yang mengikat dan mengendapkan protein berlebih dalam tubuh. Dalam bidang pengobatan, tanin digunakan untuk mengobati diare, hemostatik (menghentikan pendarahan), dan wasir. Karena itu kemampuan Sarang Semut untuk pengobatan ambeien (wasir) dan mimisan diduga kuat berkaitan dengan kandungan zat ini.
·       Polifenol banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayuran serta biji-bijian. Rata-rata manusia bisa mengonsumsi polifenol dalam seharinya sampai 23 mg. Khasiat dari polifenol adalah antimikroba dan menurunkan kadar gula darah. Asam fenolik merupakan kelas dari antioksidan atau senyawa yang menghilangkan radikal bebas, yang dapat menyumbat pembuluh darah dan mengakibatkan perubahan pada DNA yang dapat menimbulkan kanker dan penyakit lain.
·       Tokoferol. Penelitian menunjukkan bahwa alfa-tokoferol pada konsentrasi 12 ppm telah mampu meredam radikal bebas hingga 96%. Sedangkan Sarang Semut kaya akan antioksidan tokoferol, sampai sekitar 313 ppm. Maka tidak heran herbal ini dikenal memiliki reaksi yang cepat dalam membantu menumpas kanker, tumor, dan berbagai bentuk benjolan yang bisa menjadi tumor atau kanker.
·       Magnesium memiliki peranan dalam fungsi tulang, hati, otot, transfer air intraseluler, keseimbangan basa, dan aktivitas neuromuseluler. Fungsi-fungsi mineral tersebut dapat menjelaskan beberapa khasiat lain dari Sarang Semut , misalnya, khasiat dalam membantu mengatasi berbagai macam penyakit/gangguan jantung, melancarkan peredaran darah, mengobati migrain, gangguan fungsi ginjal dan prostat, memulihkan kesegaran dan stamina tubuh, serta memulihkan gairah seksual. 
·       Kalsium berfungsi dalam kerja jantung, impuls saraf, dan pembekuan darah.
·       Besi berfungsi dalam pembentukan hemoglobin, transpor oksigen, dan aktivator enzim. 
·       Fosfor berfungsi dalam penyerapan kalsium dan produksi energi. 
·       Natrium memilki peranan dalam keseimbangan elektrolit, volume cairan tubuh, dan impuls saraf, dan kesimbangan asam-basa.
·       Seng memiliki fungsi dalam sintesis protein fungsi seksual, penyimpanan insulin, metabolisme karbohidrat, dan penyembuhan luka.
Satu lagi manfaat tak terbantahkan dari hasil hutan non kayu, jadi tak ada alasan apapun untuk mengekploitasi hasil hutan kayu tanpa batas untuk kepentingan ekonomi.  
Sumber :
http://herbalpapua.net/fakta-sarang-semut/ diakses pada tanggal 9 april 2012 pukul 10.24
http://alamendah.wordpress.com diakses pada tanggal 9 april 2012 pukul 15.35
http://saptriyawati.orgfree.com/?p=7 diakses pada tanggal 9 april 2012 pukul 22.03
http://www.deherba.com/pengantar-sarang-semut.html diakses pada tanggal 9 april 2012 pukul 22.30